Selasa, 25 Maret 2014

Cerita Setahun di Medan

Keringat saya jatuh di aspal bandara, karena siang itu sepertinya ada dua matahari diatas kepala. Masuk ke ruang pengambilan bagasi yang ber-AC, tapi masih belum bisa mendinginkan, ditambah beban 1 tas koper besar dan tas punggung yang minta ampun beratnya. Namun tak satupun kereta troli harapan untuk menolong saya yang terlihat. Petugas porter yang jumlahnya puluhan sudah membajak semua troli sebagai alat pencari uang mereka. Saya masih harus menunggu 2 tas koper tambahan lagi di antrian bagasi dengan satu jalur lurus travelator barang dengan ujung yang tidak jelas. Semua penumpang berebut mengambil barang dan membuang begitu saja barang yang bukan milik mereka. Kaget dan heran, 2 koper saya sudah berada dekat pintu keluar di ruang kedatangan. Yup, saya akhirnya tiba dengan sambutan yang mengharukan di salah satu kota dengan bandara internasional di Indonesia yang untungnya kini sudah tidak digunakan lagi, Bandara Polonia, Medan.
 Ikon Kota Medan, Istana Maimun

Selasa, 04 Maret 2014

Langkawi, Elang dan Batu Karst

Hanya ada jeda kurang dari 40 menit saat pesawat mendarat dan berganti pesawat kembali untuk terbang. Akhirnya saya harus lari dari gerbang imigrasi setelah stample masuk ke Malaysia kembali diberikan di passport saya untuk yang kesekian kalinya, menuju ke ruang check in domestik di LCCT, Kuala Lumpur. Jika terlambat 5 menit saja, mungkin saya tidak diperbolehkan untuk ikut penerbangan, tapi untungnya kakak cantik petugas maskapai berbaju merah mengijinkan saya untuk mendapatkan boarding pass. Panggilan terakhir untuk masuk ke pesawat terdengar dan akhirnya saya bisa terbang ke Langkawi.
'Langkawi Permata Kedah' Slogan Terkenal di Pantai Cenang