Jalan-jalan gratis ke suatu tempat tentu mengasyikan. Sebenarnya bagi saya ada 3 hal yang wajib dilakukan pada saat saya jalan-jalan mengunjungi suatu tempat. Yang pertama adalah mengunjungi objek keindahan alamnya. Kedua adalah budayanya, entah itu kehidupan masyarakatnya, arsitektur, adat istiadat dll. Terakhir, ketiga adalah mencicipi makanannya. Ini yang paling saya sukai, dan kali ini lanjutan cerita berburu kuliner di Jawa Tengah, saya akan mengunjungi kota-kota di jalur pantai utara yakni Tegal, Purwodadi, Kudus, dan Rembang. Tentunya kuliner yang saya kunjungi merupakan kuliner khas daerah tersebut yang sulit ditemukan di daerah lainnya.
18 Agustus 2012 - Salah satu kota pelabuhan di bagian utara Jawa Tengah berjarak sekitar 165 km dibarat Kota Semarang yang khas dengan dialek penduduknya ini sebenarnya penghasil sumber laut yang melimpah. Namun bukan makanan dari laut yang saya cicipi di kota ini, melainkan makanan dari daging kambing. Spesialnya, daging kambing yang diolah adalah daging kambing muda yang berumur 3 bulan alias Batibul "diBAwah TIga BULan".
Berada di daerah Debong Tengah Tegal, tepatnya di Jalan Teuku Umar, jam terlihat pukul 13.47. Belum terlalu terlambat untuk makan siang, langsung mobil merapat parkir di depan sebuah rumah makan bercat warna hijau. Asap beraroma daging kambing yang terbakar langsung tercium saat membuka pintu mobil. Deretan meja dan kursi panjang tersusun rapi, kira-kira ada lebih dari 20 meja tersedia di sebuah rumah dengan interior yang cukup tua.
Langsung saya memesan 12 tusuk sate kambing Batibul, gule kambing dan teh poci, minuman khas asli Tegal. Pesanan pun datang tidak lebih dari 5 menit, ada tambahan teman sate dan gule yakni berupa potongan tomat segar dan sambal kecap manis. Daging sate kambing yang empuk ditambah kuah gule yang gurih adalah kenikmatan makan siang saya saat itu, sempurna. Tapi hati-hati bagi Anda yang memiliki kolesterol yang tinggi jika ingin menyantapnya. Namun buah tomat segar yang diberikan ternyata dapat menstabilkan konsumsi kolesterol dari sate dan gule kambing.
Garang Asem Kudus
20 Agustus 2012 - Perjalanan selanjutnya adalah Kudus. Setelah menginap di Kota Semarang, perjalanan saya lanjutkan ke kota yang terkenal sebagai salah satu penghasil rokok kretek di Indonesia. Berangkat dari Semarang jam 9 pagi, perjalanan sekitar 2 jam dari Semarang sampailah saya di Kudus. Sempat mampir dibeberapa tempat, akhirnya makan siang saya tertuju dengan menu makanan garang asem. Sayangnya Rumah Makan Sari Rasa, yang terkenal dengan garang asem-nya di Kudus tutup (masih libur Lebaran).
Tak apalah, akhirnya saya mampir di Rumah Makan Nikmat Rasa yang berjarak sekitar 200 meter dari RM Sari Rasa. Kata kebanyakan orang, kalau RM Sari Rasa tutup atau kehabisan, maka bisa ke RM Nikmat Rasa ini. Ternyata di RM Nikmat Rasa tidak hanya menyediakan makanan Garang Asem saja, tapi juga ada bakso, nasi campur dan makanan lainnya. Pesanan saya tetap garang asem dengan daging ayam kampung, kuah bening asam yang berasal dari belimbing asam (orang juga menyebitnya belimbing buloh), irisan tomat dan cabe rawit yang dibungkus dengan daun pisang dan dikukus hingga matang. Selain daging ayam, juga ada pilihan jeroan ayam yang juga banyak disukai pelanggan di rumah makan ini. Soal rasa, daging ayam kampung yang empuk dengan perpaduan asam, pedas dan gurih, memang betul-betul nikmat.
Lontong Tuyuhan Rembang
21 Agustus 2012 - Ini kali pertama saya bermalam di kota tempat dimakamnya pahlawan R.A. Kartini. Rembang, kota pesisir utara Jawa ini merupakan jalur utama dari Jakarta ke Surabaya. Sering kali kota ini dijadikan tempat persinggahan sementara sebelum melanjutkan perjalanan panjang ke barat maupun timur Jawa.
Nah ada satu makanan khas Rembang yang unik dan sepertinya harus dicicipi. Saya tahu makanan ini dari melihat televisi dan membaca di internet. Penasaran dengan rasanya, akhirnya saya mencari lokasi makanan itu. Lontong Tuyuhan, mengapa Tuyuhan? Tuyuhan adalah nama sebuah desa di Kecamatan Pancur, Rembang. Sekitar 20 menit dari pusat Kota Rembang, perjalanan menuju Desa Tuyuhan tidaklah sulit dicapai. Jalan yang sudah di aspal dengan bagus dan tanda jalan, memudahkan untuk mencari desa ini. Tibalah di sentra Lontong Tuyuhan. Ada sekitar 20 warung dimana seluruhnya menjual makanan Lontong Tuyuhan. Anda tinggal memilih warung mana yang Anda inginkan dan semuanya mendagangkan makanan yang sama.
Lahan parkir yang luas, tempat makan yang bersih, angin sejuk dan suasana persawahan membuat nyaman untuk menikmati santapan makan siang saya kali ini. Saya memilih makan di Warung milik Pak Kartawi. Pria setengah baya ini langsung membuatkan seporsi makanan diatas piring. Potongan lontong dari daun pisang berbentuk segitiga lalu disiram dengan kuah dan diberi sepotong ayam kampung. Ternyata Lontong Tuyuhan mirip dengan opor ayam. Bedanya adalah di bentuk lontong dan kuah yang tidak terlalu kental. Irisan cabe rawit tetap menemani. Rasa gurih, pedas dan asin ditambah dengan kecap manis membuat makanan ini terasa nikmat.
Nasi Jagung Bu Harsiti Purwodadi
22 Agustus 2012 - Sebelum kembali ke Surabaya, kebetulan saya masih harus menyelesaikan beberapa tugas dan menuju ke Kota Purwodadi. Kota kecil di timur Kota Semarang adalah persimpangan dari Semarang yang menuju ke Blora dan Cepu. Waktunya makan siang, belum punya rencana lokasi makan siang saat itu. Akhirnya dengan bantuan internet, saya mendapatkan informasi makanan khas Purwodadi yang jarang ditemukan ditempat lain. Adalah Nasi Jagung dengan beragam lauk pauk-nya yang menjadi pilihan menu makan siang.
Banyak warung yang menyediakan makanan khas nasi jagung. Namun warung yang diberikan rekomendasi di internet adalah Nasi Jagung Bu Harsiti. Lumayan susah untuk mencari alamat warung Bu Harsiti ini. Selain terletak di dalam gang yang kecil, tidak ada penunjuk informasi warung tersebut. Setelah bertanya ke beberapa warga, akhirnya mendaratlah saya di warung Bu Harsiti.
Warung sederhana bercat kuning dimana bagian depan terdapat spanduk bertuliskan "Warung Makan Bu Harsiti Spesial Nasi Jagung & Pepes Belut".
Ya memang makanan khas di warung Bu Harsiti adalah nasi jagung dengan beragam lauk pauk dan sayur yang menemani. Tidak seperti bayangan saya sebelumnya terhadap nasi jagung, adalah nasi jagung versi Surabaya. Ternyata nasi jagung Purwodadi adalah benar-benar terbuat dari jagung dengan proses pengerjaannya yang memakan wajtu 4 hari lebih. Tekstur nasi yang lembut dan halus seperti pasir sebagai pengganti nasi dari beras. Lauk pauk seperti pepes belut, pepes ikan tongkol, bothok ikan teri ditambah sayur bening. Benar-benar masakan rumahan yang sangat sederhana, enak dan murah.
Jadi liburan dan jalan-jalan kemanapun, jangan lupa untuk mencicipi makanan khas daerah tersebut. Selain ingat dari keindahan alam dan budaya, kita bisa mengingat daerah tersebut dari makanan khas-nya. Have a nice trip...
-panca suwandika-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar