"Arga Do Bona Ni Pinasa" adalah ungkapan yang artinya sangat dalam bagi masyarakat Suku Batak, dimana maksud dari ungkapan ini adalah orang bijak yang merantau akan selalu menghargai kampung halamannya. Ungkapan ini juga diwujudkan dalam sebuah lagu yang dinyanyikan saat perayaan Lake Toba Festival 2013 yang lalu. Kebetulan sekali saya berkesempatan langsung melihat perayaan wisata & budaya terbesar bagi Suku Batak yang diadakan di Pulau Samosir 8 hingga 14 September. Satu hal yang membuat saya kagum, walaupun telah merantau dan menjadi orang yang sukses, Orang Batak tidak pernah lupa menghormati tanah leluhurnya. Ratusan orang berkumpul di lapangan terbuka Bukit Beta, Tuk-tuk Siadong, yang sedikit berlumpur akibat hujan dengan latar belakang keindahan Danau Toba di Festival Danau Toba sambil bergembira dan bernyanyi bersama.
Panggung Utama Lake Toba Festival 2013
Lake Toba Festival Promo
Kali ini perjalanan saya ke Danau terbesar di Asia Tenggara tidak sendiri, ada 7 orang rekan-rekan saya dari komunitas blog dan buzzer di Medan dan Jakarta yang selama 2 hari bersama saya mengililingi Pulau Samosir dan memanjakan mata menikmati keindahan Danau vulkanik ini. Sebenarnya keberangkatan ke Danau Toba adalah untuk menyaksikan penutupan Festival Danau Toba yang memang secara kebetulan disponsori oleh perusahaan tempat saya bekerja. Sekalian cek kegiatan disana, kesempatan ini juga untuk menikmati alam Danau Toba dari Pulau Samosir.
Mengejar keberangkatan ferry dari Pelabuhan Ajibata di Parapat jam setengah tiga sore, rombongan harus berangkat jam delapan pagi dari Medan. Perhitungan ini juga ditambah waktu untuk sarapan dan kemungkinan hal terburuk yang terjadi di perjalanan yaitu macet. Belum lagi antrian kendaraan yang akan menyeberang ke Pulau Samosir, karena akhir pekan dan adanya festival yang pastinya mengundang banyak orang untuk menyaksikan. Lima jam lebih perjalanan dari Medan ke Parapat melalui Kota Tebing Tinggi dan Pematang Siantar, akhirnya tiba juga di pintu masuk Pelabuhan Ajibata. Sudah ada puluhan kendaraan yang antri dan untungnya bisa ikut di penyeberangan ferry jam setengah tiga sore dengan tiket Rp 95 ribu/mobil. Sambil menunggu, akhirnya kami makan siang di salah satu warung yang ada di pelabuhan. Ada yang unik di pelabuhan ini yaitu hiburan dadakan dari 2 orang pengamen cilik berumur sekitar 5/6 tahun dengan lagu khas Batak yang saya sendiri tidak mengerti artinya. Setelah ngamen, anak-anak tersebut langsung menjadi perenang handal dengan sigap mengambil uang yang dilempar penumpang dari atas kapal.
Setengah jam diatas perairan Danau Toba dengan ferry KMP Tao Toba I, akhirnya sampai juga di Pelabuhan Tomok Pulau Samosir. Ini kali pertama saya menginjakkan kaki di pulau yang sangat terkenal karena berada ditengah-tengah danau. Sebenarnya banyak objek wisata yang ingin kami kunjungi, namun karena sudah sore dan ingin menyaksikan penutupan festival, akhirnya kami hanya memilih dua objek terdekat saja yaitu Pantai Pasir Putih Parbaba dan Stone Chair Siallagan.
Awalnya saya tidak percaya kalau di pulau ini ada pantai, apalagi pantainya punya pasir putih. Tapi setelah perjalanan setengah jam dari Tomok, sampai di lokasi pantai yang memang ternyata memiliki pasir putih seperti pantai laut pada umumnya. Bukan hanya itu saja, ternyata juga ada fasilitas permainan air seperti banana boat, jet ski, dan sepeda air. Serasa berada di pantai laut, namun pantai yang ini adalah pantai dengan air tawar dan berada di danau. Walaupun hari sudah mulai gelap, kami memutuskan untuk tetap ke Stone Chair King Siallagan. Sebenarnya sangat tidak tepat kalau malam-malam berwisata ke Stone Chair alias Kursi Batu yang terkenal mistis dengan sejarah dibaliknya. Ternyata situs budaya sejarah ini dulunya adalah tempat tinggal raja yang berkuasa di Pulau Samosir yaitu Raja Siallagan. Raja ini sangat tegas dan berwibawa sehingga disegani dan dihormati oleh rakyatnya. Di halaman depan rumah raja terdapat beberapa batu yang dibuat seperti kursi dan meja sebagai ruang berunding atau sidang untuk menghukum rakyat yang melanggar aturan adat. Di halaman samping terdapat ruang terbuka yang cukup besar sebagai lokasi untuk mengeksekusi sesuai dengan hukuman yang diterima. Semua batu yang ada sekarang, tidak mengalami perubahan sehingga kesan mistisnya masih terasa.
Malam itu jam tujuh, sudah banyak iring-iringan kendaraan dan orang berjalan beramai-ramai menuju ke Bukit Beta di Tuk-tuk. Terlihat dari kejauhan sorot lampu dari panggung utama untuk merayakan penutupan festival. Walaupun gerimis mulai turun dan dilanjutkan dengan hujan yang cukup deras, tidak ada sedikitpun penonton yang meninggalkan lapangan tersebut. Sudah lebih dari dua jam menyaksikan pertunjukan, namun karena kebanyakan lagu yang dibawakan adalah lagu dengan bahasa Batak yang tidak kami tahu artinya, akhirnya keputusan untuk check in ke hotel dan beristirahat adalah yang paling tepat. Kami memilih Hotel Bagus Bay yang berjarak beberapa ratus meter dari lokasi event dan berada di pinggir Danau Toba.
Rencana esok hari adalah kembali ke Medan, namun dengan jalur yang berbeda saat kami berangkat yaitu melalui Kota Pangururan, ibukota dari Kabupaten Samosir, tanpa menggunakan ferry karena ada jembatan yang menghubungi Pulau Samosir dengan daratan Sumatera. Memang jarak menjadi lebih jauh, namun ada spot yang ingin kami kunjungi selanjutnya yaitu Menara Pandang Tele, dimana dari menara ini kita bisa melihat keindahan Danau Toba secara utuh dengan bukit yang mengelilinginya. Saya pun terbangun pagi itu dan ternyata tepat didepan kamar melihat Danau Toba pagi itu dengan airnya yang tenang dan matahari mengintip dari balik bukit. Hotel yang sangat menarik dengan konsep cottage berarsitektur bangunan khas Batak, halaman yang luas, pegawai hotel yang ramah dan resto dengan sarapan yang enak. Akhirnya oleh-oleh terakhir dari Danau Toba adalah foto pemandangan yang luar biasa indahnya dari atas Menara Pandang Tele. Ada tiga tingkatan di bangunan menara ini, dan berlama-lama di lantai paling atas dengan pemandangan indah dan udara yang sejuk adalah hal terbaik yang didapat dari perjalanan ini. Akhirnya dari perjalanan ini saya mendapat teman, suasana dan pengalaman baru di Bulan September 2013.
Rombongan Trip ke Lake Toba Festival
Pemandangan Danau Toba dari Pelabuhan Ajibata Parapat
Ferry KMP Tao Toba I
Jadwal Penyeberangan Ajibata ke Tomok
Pose di Gerbang Pelabuhan Tomok Pulau Samosir
Daftar Objek Wisata di Pulau Samosir
Pantai Pasir Putih Parbaba
Suasana Pantai Pasir Putih Parbaba
Situs Stone Chair Siallagan
Stone Chair King Siallagan
Depan Hotel Bagus Bay
Resto Hotel Bagus Bay
Taman di Hotel Bagus Bay
Panorama Danau Toba dari Hotel Bagus Bay
Hotel Bagus Bay
Panorama Indah Tele
Menara Tele
Danau Toba dari Menara Tele
Sejauh Mata Memandang
-panca suwandika-
Pengalaman yang sangat menarik :)
BalasHapuscerita traveling yang menarik :)
BalasHapusTerimakasih sudah mempromosikan Danau Toba melalui cerita :)
BalasHapus