Keringat
saya jatuh di aspal bandara, karena siang itu sepertinya ada dua matahari
diatas kepala. Masuk ke ruang pengambilan bagasi yang ber-AC, tapi masih belum
bisa mendinginkan, ditambah beban 1 tas koper besar dan tas punggung yang minta
ampun beratnya. Namun tak satupun kereta troli harapan untuk menolong saya yang
terlihat. Petugas porter yang jumlahnya puluhan sudah membajak semua troli
sebagai alat pencari uang mereka. Saya masih harus menunggu 2 tas koper
tambahan lagi di antrian bagasi dengan satu jalur lurus travelator barang dengan ujung
yang tidak jelas. Semua penumpang berebut mengambil barang dan membuang begitu
saja barang yang bukan milik mereka. Kaget dan heran, 2 koper saya sudah berada
dekat pintu keluar di ruang kedatangan. Yup, saya akhirnya tiba dengan sambutan yang mengharukan di salah satu kota dengan bandara
internasional di Indonesia yang untungnya kini sudah tidak digunakan lagi,
Bandara Polonia, Medan.
Ikon Kota Medan, Istana Maimun