Hanya ada
jeda kurang dari 40 menit saat pesawat mendarat dan berganti pesawat kembali
untuk terbang. Akhirnya saya harus lari dari gerbang imigrasi setelah stample masuk ke Malaysia kembali
diberikan di passport saya untuk yang kesekian kalinya, menuju ke ruang check
in domestik di LCCT, Kuala Lumpur. Jika terlambat 5 menit saja, mungkin saya
tidak diperbolehkan untuk ikut penerbangan, tapi untungnya kakak cantik petugas
maskapai berbaju merah mengijinkan saya untuk mendapatkan boarding pass.
Panggilan terakhir untuk masuk ke pesawat terdengar dan akhirnya saya bisa terbang ke Langkawi.
Sejam
penerbangan dari Kuala Lumpur ke Langkawi saya pakai untuk tidur, walaupun
tidak bisa tidur lelap apalagi sampai ngorok. Perjalanan ke Langkawi saya
lakukan sendirian dan hanya 3 hari 2 malam (persisnya satu setengah hari saja).
Berangkat Jumat sore dari Medan, dan kembali lagi minggu malam. Tidak mau ambil
jatah cuti, tapi saya sarankan kalau mau liburan ke Langkawi dan menikmati
seluruh objek wisata yang ada disana, sebaiknya dilakukan selama 4 hari penuh.
Toko sudah
pada tutup dan penerbangan dari Kuala Lumpur adalah penerbangan terakhir yang
mendarat di Bandara Internasional Langkawi hari itu. Tapi ada beberapa gerai yang
masih buka yaitu gerai sewa kendaraan dan taksi. Akhirnya saya pilih naik taksi
untuk menuju hotel murah yang sudah saya pesan dari agoda.com, namanya Hotel
Desa Terrace di Jalan Pantai Tengah. Taksi dengan paduan warna merah dan
kuning, tidak menggunakan argometer, jadi tinggal sebutkan lokasi tujuan
langsung dipatok harga (tidak ada tawar menawar). Hanya 15 menit saya sampai di
hotel (baca motel saja, karena memang lebih layak disebut motel daripada hotel)
dengan harga 22 RM, sampai persis jam 23.30 malam. Setelah urusan check in
hotel untuk 2 malam selesai, saya lihat beberapa poster penawaran murah meriah
untuk sewa kendaraan, mulai dari sepeda, sepeda motor dan mobil. Ada juga
penawaran menarik open trip ke
beberapa pulau sekitar Langkawi seperti Payar Island, Hopping Islands dan
Mangrove Trip. Saya langsung lihat jadwal yang sudah saya buat, akhirnya saya
putuskan untuk sewa sepeda motor selama 1 hari penuh (30 RM+bensin 2.1 RM/liter)
untuk keliling Pulau Langkawi di Hari Sabtu dan ikut open trip selama 5 jam di
Hari Minggu dengan tarif 35 RM, lumayan murah kan.
Asal tahu
saja, kalau matahari terbit di Langkawi itu rada telat yaitu jam 07.30 pagi dan
terbenam jam 19.30. Saya berangkat dari hotel jam 9 pagi untuk sarapan di Bella
Restaurant di Jalan Pantai Cenang, lanjut jalan-jalan ke Pantai Tengah yang
lebih sepi dibandingkan dengan Pantai Cenang. Kedua pantai berpasir putih ini
sebenarnya tujuan untuk melihat matahari terbenam, tapi kalau mau jalan-jalan
atau lari pagi juga sangat cocok. Pantai yang landai, lebar dan ombak yang
tidak terlalu besar, pas banget untuk tempat liburan Anda yang punya anak. Jam
11 siang, saya lanjut pergi ke Langkawi Cable Car atau yang dikenal dengan
Langkawi Skycab. Berjarak 17 kilometer dari Pantai Cenang, melewati jalur
tebing yang berkelok-kelok di Pantai Kok, hingga tiba di Pelabuhan Teluk Yu,
tempat yacht mewah berlabuh. Foto-foto sebentar dan dari pelabuhan kecil ini,
sudah terlihat Skycab di puncak tebing yang lebih dikenal dengan sebutan Gunung
Mat Chinchang.
Pantai Tengah dan Pulau Rebak
Pantai Cenang
Pantai Cenang
Tiba di The
Oriental Village, yang sebenarnya bukan berupa desa tapi pertokoan terbuka
dengan fasilitas yang cukup lengkap mulai dari hotel, restoran, pertokoan,
cinema 6 dimensi hingga taman bermain. Disinilah lokasi tempat pembelian tiket
seharga 30 RM untuk naik skycab. Sebelum ke Skycab, agar tidak kecewa,
sebaiknya cek jadwal terlebih dulu disini, karena di hari-hari tertentu akan
ditutup dengan alasan perawatan rutin. Akan ada 2 lokasi pemberhentian skycab
dengan ketinggian yang berbeda. Titik tertinggi ada di 700 meter diatas
permukaan laut dan bisa melihat Pulau Langkawi dan pulau-pulau disekelilingnya
360 derajat. Ada juga jembatan yang menghubungkan antara dua bukit yang
sayangnya sedang ditutup karena masa perawatan rutin. Awalnya rencana selanjutnya
pergi ke Air Terjun Tujuh (Telaga Tujuh), tapi saat melihat dari skycab, Telaga
Tujuh sedang kering, jadi rencana itu saya batalkan.
Pelabuhan di Teluk Yu dengan Latar Gunung Mat Cincang
Antrian Masuk ke Skycab Langkawi
Skycab
Titik Tertinggi di Gunung Mat Cincang
Jembatan Gantung (Ditutup untuk Dilintasi)
Kembali
menyusuri Jalan Teluk Yu yang lebar dan sepi dengan hutan jati di sekeliling
hingga sampai di Pantai Pasir Hitam. Suasana lebih sepi pengunjung, tapi
fasilitas cukup lengkap, ada restoran, pertokoan, hingga tempat bermain anak.
Walaupun namanya Pantai Pasir Hitam, tapi pasir di pantai ini tidak berwarna
hitam juga, hanya sebagian kecil saja yang bercampur dengan warna hitam.
Setelah makan siang di salah satu resto di Pantai Pasir Hitam, saya melanjutkan
perjalanan selama 1 jam melalui Jalan Ayer Hangat menuju ke Dataran Lang, pusat
pemerintahan di Langkawi. Jika perjalanan Anda menuju Langkawi menggunakan
ferry dari Penang, maka akan berlabuh di pelabuhan utama Langkawi (Jetty Point)
dan langsung bisa menikmati patung Burung Elang raksasa menghadap ke lautan,
lambang dari Langkawi. Kata penduduk setempat, kalau ke Langkawi wajib
mengunjungi Dataran Lang yang masuknya gratis (bayar parkir kendaraan saja).
Hari itu saya akhiri dengan kembali ke Pantai Cenang untuk melihat matahari
terbenam dengan warna langit yang cerah sempurna. Sebelum balik ke hotel, saya
mampir untuk makan malam di Restoran Mangga 2 di Jalan Pantai Tengah. Murah
meriah dan enak, dengan menu utama sea food khas masakan Melayu. Tempat makan
malam yang saya rekomendasikan jika ke Langkawi.
Pantai Pasir Hitam
Dataran Lang
Sunset di Pantai Cenang
Hari Minggu,
saya check out dari hotel,
mengembalikan sewa sepeda motor yang habis tepat jam 9 pagi, dan jemputan saya
akhirnya datang untuk mengantar saya ikut open trip Hopping Island selama 5
jam. Hanya trip ini saja yang memungkinkan untuk saya ikuti, karena pesawat
saya kembali ke Kuala Lumpur jam 5 sore. Berangkat dari Pelabuhan Awana di
Bukit Malai, perahu motor dengan 9 orang penumpang termasuk saya dan berkenalan
dengan sepasang suami istri dari Bangladesh, Anjohn dan dr. Rummi. Mereka
banyak cerita tentang Bangladesh yang menurut mereka cukup menarik untuk
dikunjungi, namun kurang terkenal dibanding India, Maldives atau bahkan Sri
Lanka. Kami berangkat ke Pulau Dayang Bunting melewati beberapa pulau kecil
seperti Pulau Batu Merah dan Pulau Kukus. Pulau Dayang Bunting adalah kawasan
konservasi alam dan juga pulau terbesar kedua di Kepulauan Langkawi. Keunikan
pulau ini adalah adanya danau air tawar yang cukup besar dikelilingi tebing
tinggi batu marmer dan konon terbentuk dari gua marmer besar yang runtuh dan
membentuk kawah berisi air. Sekilas saya merasa dejavu dengan Pulau Kakaban,
tapi bedanya lebih bagus dan unik di Kakaban, karena ada ubur-ubur tak beracun.
Pelabuhan Awana di Bukit Malai
Pulau Dayang Bunting
Danau Dayang Bunting
Wajar kalau
Langkawi memilih lambang berupa Burung Elang, karena masih banyak ditemukan
Burung Elang yang terbang rendah di pinggir pantai dan beberapa pulau di
Langkawi, salah satunya di Pulau Singa Besar. Di salah satu teluk di pulau itu,
ada ratusan burung elang terbang rendah mencari makan ikan dan kembali ke
sarangnya di pohon besar yang ada di Pulau Singa Besar. Berlanjut ke Pulau
Beras Basah, jadi tujuan terakhir trip, yang memanjakan pengunjung dengan pasir
pantai yang putih bersih dan air laut yang masih jernih. Bermain banana boat,
jetski, snorkeling, atau hanya berenang dan berjemur di pinggir pantai bisa
jadi pilihan. Akhirnya trip berakhir dan saya juga memberikan alamat email
kepada Anjohn dan dr. Rummi, siapa tahu suatu saat saya berminat untuk ke
Dacca, Bangladesh.
Atraksi Elang Liar di Pulau Singa Besar
Pulau Beras Basah
Pantai di Pulau Beras Basah
Tepat jam 2
siang saya kembali lagi ke hotel untuk mengambil tas ransel yang saya titipkan,
istirahat sebentar sambil ngobrol dengan beberapa petugas hotel yang mengetahui
saya berasal dari Bali dan berencana berlibur ke Bali di Bulan Mei nanti. Saya
bilang, Langkawi masih terlalu kecil dan kurang lengkap dibandingkan dengan
Bali. Kalau di Langkawi kita bisa mengelilinginya hanya dalam waktu 1 hari,
tapi di Bali butuh beberapa hari untuk menikmati seluruh pulau. Tidak terasa
sudah jam 3 sore, taksi sudah siap untuk mengantarkan saya ke bandara. Liburan
satu setengah hari di Langkawi yang membuat saya cukup puas, menyenangkan
sekaligus melelahkan.
Langkawi, yang beberapa bilang berasal dari kata ‘LANG’ artinya Elang dan ‘KAWI’ artinya batu karst/batu gamping yang banyak terdapat di pulau ini. Tapi ada juga yang bilang Langkawi dari kata ‘LAGHWI’ yang merupakan sumpah dari seorang perempuan yang dihukum dan mengutuk penduduk Langkawi tidak sejahtera tujuh turunan. Saya sudah mengunjungi 3 kepulauan yang berada di perairan Laut Andaman dan Selat Malaka dan letaknya berdekatan, Penang, Phuket dan terakhir Langkawi. Tidak lebih baik dari pulau-pulau di Indonesia, tapi dengan masyarakat sadar akan pariwisata, mereka jadi jauh lebih terkenal dari banyak pulau di Indonesia.
Langkawi, yang beberapa bilang berasal dari kata ‘LANG’ artinya Elang dan ‘KAWI’ artinya batu karst/batu gamping yang banyak terdapat di pulau ini. Tapi ada juga yang bilang Langkawi dari kata ‘LAGHWI’ yang merupakan sumpah dari seorang perempuan yang dihukum dan mengutuk penduduk Langkawi tidak sejahtera tujuh turunan. Saya sudah mengunjungi 3 kepulauan yang berada di perairan Laut Andaman dan Selat Malaka dan letaknya berdekatan, Penang, Phuket dan terakhir Langkawi. Tidak lebih baik dari pulau-pulau di Indonesia, tapi dengan masyarakat sadar akan pariwisata, mereka jadi jauh lebih terkenal dari banyak pulau di Indonesia.
-panca suwandika-
February 28th - March 3rd 2014.
keren banget tempatnya
BalasHapusbisa lihat elang dari dekat
jadi kepengin
Setuju.. Saya juga Sudah bepergian kesana.. Penang, phuket, langkawi. Kalau masyarakat Indonesia lebih peduli dgn malam sekitar.. Indonesia harus nya jauhhhh lebih Indah..
BalasHapusIya setuju. Semoga wisata di Indonesia lebih maju lagi.
Hapus