Bulan November 2013 lalu muncul pesan dari salah satu anggota grup di Whatsapp yang isinya
sebuah link promo salah satu maskapai penerbangan low cost carrier dari
Filipina. Salah satu promonya adalah penerbangan dari Kuala Lumpur ke Manila
hanya 199 Pesos atau sekitar Rp 60.000, yang kalau ditambah dengan pajak
bandara dan biaya bahan bakar jadi sekitar 1.000 Pesos atau Rp 300.000,- untuk sekali terbang. Penawaran
menarik yang langsung saya eksekusi untuk keberangkatan di akhir Juni 2014. Namun
sebenarnya bukan Manila yang ingin saya kunjungi, melainkan Underground River,
salah satu objek wisata di Pulau Palawan yang masuk kedalam New 7 Wonders of
Nature.
Pantai dengan Batuan Karst di Pulau Palawan
Saya masih harus mencari penerbangan lainnya yaitu dari Medan ke
Kuala Lumpur dan dari Manila ke Puerto Princesa (kota terbesar di Pulau
Palawan) pulang pergi, tentunya harus dengan harga tiket yang murah. Akhirnya
saya dapatkan tiket dengan total biaya Rp 1.5 juta untuk 6 kali penerbangan
yaitu :
- Medan-Kuala Lumpur : Rp
200.000,- (Air Asia)
- Kuala Lumpur-Manila :
Rp 300.000,- (Cebu Pasific)
- Manila-Puerto Princesa :
Rp 250.000,- (Philippines Airlines)
- Puerto Princesa-Manila :
Rp 200.000,- (Cebu Pasific)
- Manila-Kuala Lumpur :
Rp 300.000,- (Cebu Pasific)
- Kuala Lumpur-Medan : Rp 250.000,- (Air Asia)
Tarian Penyambutan di Bandara Internasional Puerto Princesa
Kamis, 26 Juni 2014
Misi perjalanan sendirian ke Puerto Princesa dan Manila dimulai. Berangkat
dari Medan jam 9 malam dengan 2 kali transit di Kuala Lumpur dan Manila,
akhirnya tepat jam 10 pagi saya tiba di Puerto Princesa dan disambut dengan
volksong Bahasa Tagalog dimana salah satu liriknya menyebutkan berkali-kali Puerto
Princesa yang berarti kota pelabuhan untuk sang pangeran (Princess Asuncion).
Jangan mencari taksi di area bandara, karena memang tidak ada taksi
di Kota Puerto Princesa. Transportasi umum di kota ini hanya becak bermotor
yang disebut tricycle dan angkutan kota yang disebut jeepney. Tentu saya lebih
memilih menggunakan tricycle dan sang sopir bisa jadi pemandu saya
untuk mencari hotel yang murah sekalian jalan-jalan keliling kota. Namanya Jo,
sopir tricycle yang membawa saya ke salah satu hotel kecil, Hotel Ysabelle
Mansion yang hanya 10 menit dari bandara. Setelah cek harga dan kondisi hotel,
saya setuju untuk tinggal sementara selama 3 hari 2 malam dengan harga 1.500
Pesos (Rp 450.000,-). untuk 2 malam termasuk sarapan. Urusan check in selesai
dan saya meminta Jo, si sopir tricycle untuk menunggu saya di depan hotel. Segera
saya ganti baju, dan makan siang sebentar di hotel. Memang saya sudah setuju
dengan Jo, untuk 500 Pesos mengantar saya keliling Puerto Princesa, melihat beberapa
keunikan kota ini.
Tricycle, Halaman Hotel, Kamar dan Kamar Mandi Hotel
Jo menyebutkan beberapa tempat menarik yang menurutnya harus saya
kunjungi, yakni Plaza Cuartel, Immaculate Concepcion Cathedral, Bay
Walk, Binuatan, Crocodile Farm, Bakers Hill dan Mitra’s Ranch. Jo juga
menyarankan saya untuk mengunjungi salah satu toko oleh-oleh yang saya lupa namanya di Rizal Avenue.
Awalnya saya kira Rizal Avenue adalah sebuah mall, tapi ternyata Rizal Avenue
adalah jalan utama di Puerto Princesa dan jalan inilah yang
menjadi pusat kota. Pertokoan, bank, dealer mobil, perkantoran semuanya
berpusat di jalan ini, dan sepertinya lampu lalu lintas hanya bisa ditemukan di
Rizal Avenue. Di Rizal Avenue juga terdapat satu-satunya mall di Puerto
Princesa yaitu Robinsons (tentunya bukan cabang dari Indonesia).
Immaculate Concepcion Cathedral
Jarak antar lokasi yang disebutkan oleh Jo tadi lumayan jauh juga,
setidaknya menghabiskan waktu selama 3 jam lebih. Awalnya 500 Pesos menurut
saya kemahalan, tapi setelah mengelilingi semua lokasi baru yakin dengan harga
yang diberikan. Seluruh objek wisata tersebut cukup bagus, tapi yang paling
saya suka adalah Baker’s Hill dan Immaculate Concepcion Cathedral. Setidaknya
tidak semuanya harus dikunjungi, tapi saya sarankan untuk mengunjungi dua
lokasi itu. Terutama Baker’s Hill, toko roti yang berada di dataran tinggi,
dimana dibuat seperti taman bermain yang sangat luas dan menarik buat anak-anak
dengan aroma roti yang menggiurkan. Disana juga terdapat pabrik pembuatan roti
dan harga roti yang dijual sangat murah (rata-rata 20-50 Pesos) dengan kualitas
fresh from the oven. Sementara itu Immaculate Concepcion Cathedral adalah
katedral tertua di Puerto Princesa dengan arsitektur bergaya gothic dan
bernuansa biru muda yang sangat indah. Sebenarnya katedral ini bersebelahan
dengan Plaza Cuartel, sebuah taman dengan beberapa patung sebagai peringatan
sejarah perjuangan di Kota Puerto Princesa. Crocodile Farm adalah tempat
konservasi buaya air laut dan air tawar terbesar di Palawan dan Binuatan adalah
lokasi pengerajin anyaman jerami dan tentunya kita disuruh untuk berbelanja
hasil kerajinan mereka. Selesai perjalanan dan tiba kembali di hotel sekitar
jam 5 sore.
Saya pun akhirnya menceritakan rencana saya ke Puerto Princesa untuk mengunjungi Underground River kepada resepsionis hotel. Dengan baik hati, resepsionis memberikan informasi paket wisata ke Underground River hanya 1.500 Pesos (Rp 450.000,-) sudah termasuk transportasi, ijin masuk, makan siang dan sewa kapal. Setuju, saya pun akan dijemput besok jam 7 pagi. Karena kelelahan perjalanan 12 jam ditambah langsung keliling Kota Puerto Princesa, saya lupa rencana saya untuk makan malam di Bay Walk. Tapi tidak masalah, karena masih ada cukup waktu besok hari setelah perjalanan dari Underground River.
Saya pun akhirnya menceritakan rencana saya ke Puerto Princesa untuk mengunjungi Underground River kepada resepsionis hotel. Dengan baik hati, resepsionis memberikan informasi paket wisata ke Underground River hanya 1.500 Pesos (Rp 450.000,-) sudah termasuk transportasi, ijin masuk, makan siang dan sewa kapal. Setuju, saya pun akan dijemput besok jam 7 pagi. Karena kelelahan perjalanan 12 jam ditambah langsung keliling Kota Puerto Princesa, saya lupa rencana saya untuk makan malam di Bay Walk. Tapi tidak masalah, karena masih ada cukup waktu besok hari setelah perjalanan dari Underground River.
Plaza Cuartel
Baker's Hill Icon
Jumat, 27 Juni 2014
Sarapan pagi itu di hotel berupa nasi dengan daging babi panggang
yang diberi bumbu sederhana kecap asin dan taburan wijen. Terlambat 30 menit, karena
harus menjemput beberapa peserta tur lainnya, akhirnya sebuah mini bus
muncul di halaman parkir hotel untuk menjemput saya. Perjalanan menuju Underground River harus ditempuh dengan
perjalanan darat selama 2 jam dan perahu selama 30 menit. Saya gabung dengan rombongan tur berjumlah 9 orang dan seluruhnya orang Filipina, 3 orang pria dan 5 orang
wanita, namun untungnya mereka fasih berbahasa Inggris. Tiba di Pelabuhan
Sabang, pemandu tur langsung mengurus ijin masuk ke Underground River. Underground
River terletak di taman nasional yang sangat dilindungi negara, dan setiap pengunjung wajib mengajukan ijin untuk memasuki wilayah itu. Pengurusan ijinnya sangat mudah, cukup menunjukkan paspor atau kartu identitas penduduk (bagi warga Filipina).
Pelabuhan Sabang
Tiga puluh menit
dari Sabang, deretan bukit batu karst dan pantai dengan papan nama “Welcome to
Underground River” menyambut seluruh pengunjung. Selanjutnya harus trekking sejauh 100
meter untuk sampai ke pintu masuk Underground River yang merupakan bagian
dari Sungai Cabayugan dengan panjang 24
km dan 8.2 km diantaranya berada di bawah bukit batuan karst dan langsung
bermuara pada laut. Pengunjung pada umumnya hanya diijinkan masuk ke dalam
sungai bawah tanah sejauh 2 km saja dengan satu buah lampu di tiap kapal. Bau
menyengat sudah tercium 50 meter dari luar gua akibat dari kotoran dari ribuan kelelawar yang hidup di dalam gua. Kapal dengan daya tampung 8
orang dan satu orang pemandu yang akan menceritakan hal-hal unik dari stalagtit dan
stalagmit yang terbentuk akibat dari rembesan air berjuta-juta tahun. Dingin,
gelap, lembab, air sungai yang tenang dan dengan tetesan air dari atas gua
membawa pengalaman seru mengarungi sungai dibawah tanah terpanjang didunia ini.
Oleh-oleh dari Underground River tentu saja foto yang diambil oleh fotografer dari
beberapa sudut yang langsung bisa dicetak dengan harga 180 Pesos per foto. Hati-hati dengan semua perlengkapan yang dibawa kesana, karena banyak monyet liar yang jika melihat pengunjung membawa makanan atau minuman, langsung diambil paksa.
Kembali lagi ke Sabang, makan siang dengan menu khas Filipina yang tidak pedas sama sekali. Saya pun mencoba makan Tamilok, yaitu cacing yang hidup di batang pohon bakau yang konon banyak mengandung protein. Ukuran yang panjang mirip seperti belut mentah berwarna putih yang dicampur dengan cuka, bawang putih, garam dan irisan cabe rawit. Kenyal seperti cumi dengan rasa asam, asin dan pedas.
Kembali lagi ke Sabang, makan siang dengan menu khas Filipina yang tidak pedas sama sekali. Saya pun mencoba makan Tamilok, yaitu cacing yang hidup di batang pohon bakau yang konon banyak mengandung protein. Ukuran yang panjang mirip seperti belut mentah berwarna putih yang dicampur dengan cuka, bawang putih, garam dan irisan cabe rawit. Kenyal seperti cumi dengan rasa asam, asin dan pedas.
Welcome to Underground River
Pintu Masuk ke Underground River
Sepanjang perjalanan balik ke hotel, kami bercerita banyak, dimana awalnya saya berniat ke El Nido, tapi teman-teman satu rombongan tur menyarankan
saya untuk ke ikut tur Honda Bay esok hari, karena penerbangan saya ke Manila jam 4 sore.
Padahal saya sangat ingin ke El Nido tapi menurut mereka hal tersebut tidak
mungkin, karena jika ke El Nido harus menginap semalam disana. Mereka juga
menyarankan untuk ke Bay Walk nanti malam, makan di Boyet dan nongkrong di Tiki
Resto & Bar. Saran yang akhirnya saya ikuti. Dengan tricycle bayar 40
Pesos, dari hotel menuju Bay Walk (orang Filipina menulisnya Bay Wok), berupa
pelabuhan asal muasal Kota Puerto Princesa yang kini menjadi tempat nongkrong
gratis anak muda Puerto Princesa. Deretan warung tenda dengan makanan laut yang
masih segar menggoda untuk menu makan malam. Tapi saya malah tertarik untuk
mencoba menu sisig crocodile (daging buaya cincang) dengan bumbu pedas manis,
tapi masih tetap kurang pedas. Karena sepi dan tidak ada hiburan yang menarik,
akhirnya saya pergi ke Tiki Bar & Resto dengan tricycle untuk menyaksikan
hiburan musik khas Filipina. Sekitar 1 jam di Tiki Bar & Resto, setelah
mendengar band lokal menyanyikan lagu volksong Bahasa Tagalog dan beberapa lagu
Bahasa Inggris lawas. Jam 10 malam, samapi di hotel dan di lobi hotel hanya ada resepsionis yang
sedang mendengarkan lagu dan saya pun bertanya mengenai tur ke Honda Bay (baru ingat).
Awalnya dia bilang jika sudah malam banyak agen yang sudah tutup. Waduh gawat nih. Tapi karena
baik hati, dia mencoba menelpon ke beberapa agen dan syukurnya ada salah satu
agen yang masih buka dan mau nerima 1 orang untuk tur ke Honda Bay besok pagi
dengan harga 1.300 Pesos.
Sabtu, 28 Juni 2014
Honda Bay adalah sebuah pelabuhan di timur Puerto Princesa untuk
kapal-kapal yang menuju ke beberapa pulau kecil disekitarnya seperti Pulau
Luli, Pulau Bintang Laut (Starfish) dan Pulau Cowrie. Di pulau-pulau tersebut,
selain pemandangan yang indah, juga bisa menikmati keindahan bawah laut dan
pasir pantai yang putih dengan ombak laut yang tenang.
Sebelum ke Pulau Starfish, terdapat lokasi snorkeling yang berada di
tengah laut, Pambato Reef Snorkeling. Bangunan mengapung dengan atap berbentuk
kura-kura raksasa, dimana pengunjung bisa snorkeling di kedua sisi bangunan.
Hati-hati disini banyak ubur-ubur ungu yang beracun jika disentuh, tapi kalau
difoto dari dekat lebih bagus dibanding ubur-ubur air tawar. Setelah dari
Pambato, menuju ke Pulau Starfish yang banyak bisa ditemui bintang laut dari
pinggir pantai. Beberapa gubuk juga dibangun di pulau ini sebagai tempat
beristirahat dan makan siang. Pulau Luli adalah kunjungan selanjutnya, pulau
dengan pantai pasir putih yang landai dan tenang. Hutan bakau sekitar pulau
mengakibatkan ombak di pulau ini jadi sangat tenang. Saking tenangnya, saya
sempat sampai ketiduran di salah satu gubuk di pinggir pantai Pulau Luli. Terakhir
Pulau Cowrie, pulau kecil dengan pemandangan terbaik dari tiga pulau lainnya.
Tulisan besar Cowrie sudah terlihat dari jauh dengan latar belakang pohon
kelapa dan pasir putih yang memantulkan sinar matahari. Tiga pulau dalam 6 jam
perjalanan singkat di hari terakhir di Puerto Princesa.
Pelabuhan Honda Bay
Pambato Reef Snorkeling
Luli Island
Starfish at Starfish Island
Tiga hari di Puerto Princesa, Palawan serasa sangat sebentar,
padahal masih banyak lokasi yang belum dikunjungi. Namun setidaknya sudah
separuh dari daftar lokasi wisata di pulau ini yang sudah saya kunjungi. Semoga
masih diberikan kesempatan untuk pergi ke El Nido dan Coron di Busuanga. Check
out dari hotel kecil yang nyaman, bersih dan murah, waktunya saya untuk melanjutkan perjalanan ke Manila, menginap sehari disana, jalan-jalan ke Intramuros, sebelum kembali lagi
ke Medan.
...bersambung...
-panca suwandika-
siang, mas masih punya no hp si Jo nya ga? coz rencana mo kesana juga...tq
BalasHapusHalo Mbak Laila,
HapusHaduh maaf saya tidak catat nomor HP Jo. Tapi tidak perlu khawatir. Disana banyak tricycle mulai dari depan bandara dan tempat2 keramaian. Bisa ditawar juga.
Selamat berlibur.