Selasa, 22 Oktober 2013

Phuket, ‘Bali’nya Thailand

Phuket, Thailand, adalah tujuan liburan saya selanjutnya. Gugusan pulau yang berada di Laut Andaman merupakan salah satu propinsi dari Negara Kerajaan Thailand. Sebenarnya tahun 2007 lalu saya pernah ke Thailand, namun tidak ke Phuket, melainkan ke Bangkok dan Pattaya. Jika ke Phuket, tidak harus pergi ke Bangkok terlebih dulu, karena sudah terdapat bandara internasional di pulau dengan luas tidak lebih dari 600 km persegi ini. Saya berangkat dari Medan, namun sayangnya rute Medan-Phuket sudah tidak beroperasi lagi, terpaksa harus beli tiket Medan-Kuala Lumpur lalu lanjut Kuala Lumpur-Phuket. Karena beli saat promo, harganya pun sangat murah, hanya Rp 1.5 juta PP. Jadilah perjalanan yang sudah saya rencanakan 5 bulan lalu ini saya lakukan pertengahan Oktober 2013 lalu selama 5 hari 4 malam.

Sunset dari Panyee Island

Berangkat sore hari dari Bandara Kualanamu Medan, perjalanan selama 1 jam ke Kuala Lumpur.  Tiba di Kualalumpur, sempat salah informasi dan hampir saja tertinggal pesawat lanjutan ke Phuket, akhirnya perjalanan ke Phuket berlanjut selama 1 jam lebih dan tiba di Bandara Internasional Phuket jam 9 malam. Tidak perlu mengubah jam, karena waktu Phuket sama dengan waktu Indonesia bagian barat. Baca dari literatur dan informasi di beberapa blog, kalau dari bandara ke Phuket Town dan Patong bisa menggunakan bus dengan biaya 184 Baht (saat itu kurs 1 Baht = Rp 365,-). Namun karena jam operasional bus hingga jam 6 sore, akhirnya sekali lagi terpaksa saya memilih taksi untuk mengantar saya ke hotel di daerah Patong dengan tarif 800 Baht. Sebenarnya ada juga taksi dengan argo (Taksi Meter), tapi karena sudah order dan bayar taksi di area kedatangan bandara, saya pun tidak menyesal  naik taksi mewah dengan mobil Toyota Altis ini, lumayan bisa istirahat nyaman sebentar.
Jarak bandara di Phuket Town maupun ke Patong cukup jauh, sekitar 30 menit. Tidak ada jalan tol, hanya jalan bypass, namun tidak macet. Supir taksi pun cukup pandai berbahasa Inggris, dan hal yang akan ditanya olehnya adalah sudah berapa kali ke Phuket?, apakah sudah beli paket ke Phi Phi Island atau James Bond Island?, apakah sudah mencari penginapan?, dan apakah butuh diantar ke bandara saat pulang nanti?. Seluruh angkutan dari bandara akan mampir ke salah satu kantor agen perjalanan, dengan alasan harus menandatangani berkas di kantornya (jika Anda membeli paket di kantor agen perjalanan tersebut, maka supir tersebut akan mendapatkan fee). Disini kita harus berhati-hati, karena di Phuket akan ditemui banyak ‘jebakan betmen’. Ya, Phuket sudah sangat komersil. Setiba di kantor agen perjalanan, salah satu petugas akan mengahampiri Anda dan menawarkan berbagai macam paket wisata mulai dari paket Phi Phi Island, James Bond Island, city tour, nonton Phuket Fantasea, nonton Muaythai fighting hingga sewa mobil selama di Phuket. Petugas akan menawarkan ke Anda bahkan sedikit memaksa dengan rayuan maut. Jadi lebih baik ditolak sejak awal dan katakan sudah membeli paket wisata via website. Saran saya, jangan membeli paket wisata via website mupun agen perjalanan yang ditawarkan di bandara maupun oleh supir taksi. Jika Anda menginap di daerah Pantai Patong, Pantai Karon maupun Pantai Kata, akan banyak ditemui kios-kios yang menjual berbagai macam paket wisata dan tiket untuk menonton pertunjukan dengan jauh lebih murah harga murah. Perbandingan, harga paket wisata ke Phi Phi Island, di agen perjalanan 2.200 Baht/pax, sementara di kios menjual hanya 1.200-1.500 Baht/pax dengan rute perjalanan dan layanan yang sama persis. Jangan takut untuk kehabisan tiket paket wisata, karena akan ada banyak sekali paket perjalanan yang akan beroperasi setiap harinya.
Tiba di Patong jam 10 malam, saya langsung ke Hotel Amata Resort yang berada di Jalan Rat U-Thit. Lokasi hotel sangat strategis, sekitar 100 meter dari Jungceylon Mall dan Bangla Road, fasilitas lengkap (kolam renang dan free wifi) dan intinya saya dapat semuanya dengan harga promo, hanya Rp 600.000,- untuk 3 hari (beli di agoda.com), walaupun tidak dapat sarapan, kamar hotel sangat bersih dan puas dengan harganya. Karena lapar, setelah mandi saya langsung jalan kaki menikmati malam di Jungceylon Mall dan Bangla Road. Khusus di Bangla Road, kendaraan tidak boleh masuk, jadi seperti pasar malam, hampir setiap hari semua orang berpesta hingga subuh datang. Suasana ini mengingatkan saya pada Jalan Legian dan Jalan Pantai Kuta di Bali, semua orang turun ke jalan dan nongkrong di café sambil menikmati minuman dan berpesta. Phuket, memang Bali-nya Thailand.
Hotel Amata Resort (Jalan Rat U-Thit)
Keesokan harinya, saya hanya ingin menikmati Pantai Patong yang tersohor dengan berjalan kaki. Cuaca yang sangat cerah pagi itu dan masih belum banyak toko-toko yang buka. Hanya beberapa supir taksi yang menawarkan jasa antar jemputnya. Dari Jalan Rat U-Thit saya berjalan kaki ke melalui Jalan Prachanukhro hingga ke Pantai Patong yang masih sepi. Dimanapun Anda berada pasti selalu ditawarkan berbagai macam jasa, mulai dari pijat, taksi, tuk-tuk, sarapan, jet ski, sampai duduk di kursi pantai disewakan 150 Baht. Pasir pantai di Phuket sebenarnya bukan pasir, melainkan seperti tepung karena halus sekali. Ingin membandingkan Bangla Road di malam hari dan pagi hari, sayapun kembali ke hotel melalui jalan itu. Ternyata pagi hari, kendaraan boleh melintasi jalan ini. Café-café yang semalam hingar bingar, terlihat masih tutup dan dibersihkan, berganti dengan bukanya kios-kios penjual cinderamata dan paket perjalanan. Setelah makan siang di Pum Thai Restaurant dengan menu andalan apalagi kalau bukan Tom Yum Goong dan ditambah manisnya sate ayam ala Thailand total seharga 300 Baht, saya memutuskan untuk menyewa sepeda motor untuk ke Pantai Karon dan Pantai Kata yang jaraknya sekitar 3 km dari Pantai Patong. Sewa sepeda motor Yamaha Mio hanya 200 Baht/hari + Bensin 100 Baht (harga bensin 40 Baht/liter). Daerah Pantai Karon letaknya di selatan Phuket. Dari sini Anda bisa menikmati sunset karena persis menghadap ke barat, beda dengan Pantai Patong yang sedikit ke arah barat laut. Pantai Karon lebih sepi dibandingkan dengan Pantai Patong, namun lebih panjang, ombaknya lebih besar dan pasirnya lebih bersih dan putih.  Ada beberapa hotel di pantai ini yang sepertinya sangat cocok untuk Anda yang ingin berbulan madu. Lanjut ke selatan, sampai di Pantai Kata. Pantai Kata tidak terlalu panjang dan hanya di batasi sebuah bukit dengan Pantai Karon. Banyak hotel berbintang didaerah ini ada Four Seasons,  Kata Beach Resort, dll, sedikit lebih ramai dibandingkan dengan Pantai Karon. Pantai Kata mirip seperti Nusa Dua-nya Bali. Jika mau melihat sunset dari atas bukit yang sempurna, terus ke selatan hingga ke Pantai Nai Harn dan Tanjung Promthep (bagian paling selatan dari Phuket). Sayangnya hari itu awan menutupi keindahan matahari yang mau tidur. Sebenarnya masih banyak objek wisata menarik di Phuket, ada Big Buddha, Phuket Zoo, trekking dengan gajah di Bang Pae, Taman Anggrek, Museum Kerang dan pantai indah lainnya, tapi karena sudah sore akhirnya saya kembali ke hotel untuk menikmati fasilitas hotel, berenang. Malam harinya kembali menikmati hiburan gemerlap Bangla Road di Patong. Jalan kaki disepanjang jalan ini, kalau tidak hati-hati, Anda akan terkena ‘jebakan betmen’ lagi. Ada banyak sekali orang yang menawarkan paket hiburan untuk menyaksikan pertunjukan tarian, mohon maaf, striptease dance. Semua jenis penari ada, mulai dari wanita, pria dan waria asli Thailand, China, bahkan dari Rusia pun juga ada. Soal harga, cukup murah, sekali menyaksikan pertunjukkan, harus mengeluarkan ongkos masuk  100 Baht (belum termasuk minum, tips penari, dll). Jika tidak mau menonton dan sekedar berfoto dengan para penari waria yang sangat cantik dan seksi pun bisa. Hati-hati, mereka akan menarik bayaran ke Anda sekitar 100-200 Baht/model hanya untuk foto sebanyak 3 kali saja.
Pantai Patong
Pantai Karon
Sunset di Promthep
Suasana Hiburan Malam di Bangla Road
Jam 07.30 pagi saya sudah bersiap di lobby Hotel Amata Resort untuk menunggu jemputan untuk perjalanan ke Phi Phi Island. Karena semua akses menuju ke Phi Phi Island sudah diatur oleh agen perjalanan setempat, maka sangat susah untuk berkunjung ke Phi Phi Island dengan usaha sendiri, asalkan kalau mau berenang kesana. Ternyata sudah banyak tamu yang juga menunggu jemputan di lobby hotel, terutama turis dari China, India dan Arab. Satu per satu jemputan datang dengan daftar peserta perjalanan yang dibawa oleh masing-masing supir. Terlambat 15 menit, akhirnya jemputan saya pun datang dan didalam mobil sudah ada sepasang suami istri dari Jepang. Selanjutnya supir menjemput peserta lainnya di hotel yang berada di area sekitar Patong.  
Dari Patong kendaraan berisi 8 orang tersebut menuju ke Royal Phuket Marina, pelabuhan speed boat yang membawa kami menjelajahi gugusan Phi Phi Island. Ternyata sudah banyak sekali peserta dari berbagai agen perjalanan yang berkumpul di pelabuhan tersebut. Masing-masing agen, mengelompokkan para peserta kedalam grup yang berisi sekitar 30-35 orang dalam satu speed boat dengan petanda khusus (sticker/gelang). Setelah persiapan dirasa cukup, dilakukan penjelasan awal oleh pemandu, namanya Koko, mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Yang paling penting adalah ketepatan waktu untuk menikmati suatu objek dan kembali lagi ke perahu untuk melanjutkan perjalanan ke objek selanjutnya. Inilah yang paling saya tidak suka kalau ikut paket perjalanan, waktunya yang dibatasi.
Gugusan Phi Phi Island ternyata ada 3 pulau utama yaitu Phi Phi Don Island, Phi Phi Lae Island dan Khai Nok Island. Dari pelabuhan perahu langsung menuju ke Teluk Nui dan Pantai Monyet. Tidak ada yang istimewa dari kedua objek ini, hanya ada sekelompok monyet lucu yang berdiam di salah satu pantai Phi Phi Don Island. Hanya 5 menit dan ditemani gerimis, perjalanan lanjut ke Teluk Maya untuk snorkeling dan berenang. Ternyata diluar perkiraan saya sebelumnya, keindahan terumbu karangnya tidak lebih bagus dari Gili di Lombok atau Pulau Rubiah di Aceh, hanya jumlah ikannya yang lebih banyak. Setelah 30 menit, perahu pun melanjutkan ke Teluk Loh Samah untuk istirahat makan siang prasmanan. Nah di Teluk Loh Samah inilah yang pemandangannya cukup indah. Jika Anda ingin menginap di Phi Phi Don Island, di daerah inilah tempatnya menginap, karena terdapat banyak hotel salah satunya Phi Phi Beach Hotel yang cukup bagus. Jangan khawatir, rata-rata agen perjalanan juga punya paket 2 hari 1 malam dengan menginap di Phi Phi Island. Setelah makan siang dengan perpaduan menu barat dan timur, perahu membawa kami ke Pileh Lagoon untuk berenang di perairan yang tenang, jernih dan dikelilingi tebing karang tinggi yang sangat indah. Sebelum lanjut ke Khai Nok Island,  mampir sebentar ke Gua Viking, gua tempat nelayan nomaden tinggal dan tidak menarik sama sekali. Yang paling bagus dari perjalanan hari ini adalah Khai Nok/Khai Nai Island. Pulau kecil dengan luas kira-kira sebesar stadion lapangan sepakbola memiliki pantai dan beberapa batu karang  yang sangat indah. Di pulau inilah tempat semua grup akan berkumpul sebelum kembali ke pelabuhan di Phuket. Kebayang banyaknya orang berkumpul di satu pulau dalam waktu yang bersamaan. Akhirnya paket perjalanan yang sangat cepat ini selesai tepat jam 5 sore dan seluruh peserta diantar kembali ke hotelnya masing-masing. Malam harinya saya memutuskan untuk hanya keliling dan menikmati makan malam di Jungceylon Mall sekalian ke mini market untuk beli air mineral dan beberapa cemilan. Berhubung persediaan uang sudah menipis, sayapun membeli mie instant untuk persediaan sarapan dan makan malam untuk hari selanjutnya.
Wisatawan Melihat Sekumpulan Monyet Liar di Monkey Beach
Phi Phi Don Island
Pemandangan Bawah Laut di Maya Bay
Khai Nai Island
Sunbathing at Khai Nai Island
Setelah ke Phi Phi Island, hari selanjutnya adalah mengunjungi James Bond Island yang letaknya di Telung Phang Nga. Berbeda dengan paket perjalanan ke Phi Phi Island, untuk paket ke James Bond, menggunakan kapal yang lebih besar dan menampung peserta lebih banyak. Maklum, perairan di Teluk Phang Nga tidak berombak besar seperti perjalanan Phuket ke Phi Phi Island. Karena ingin melihat matahari terbenam dari atas kapal, maka perjalanan dimulai agak lebh siang. Saya dijemput jam setengah sepuluh, namun terlambat setengah jam karena harus menjemput 14 orang lainnya. Perjalanan selama 30 menit dari Patong ke pelabuhan, dimana pelabuhan yang berbeda saat ke Phi Phi Island, yaitu Ao Por Pier. Pelabuhan Ao Por Pier jauh lebih sederhana dibandingkan dengan Royal Phuket Marina, bahkan menyerupai rumah nelayan dengan toko souvenir yang berjejer menuju ke pelabuhan. Setelah penjelasan dari pemandu wisata yang bernama Musa, perjalanan pun dimulai jam 11 siang dengan tujuan pertama adalah Pulau Naka. Pulau Naka sangat mirip dengan Kai Nok Island, namun lebih sepi dan harga makanan serta minumannya lebih murah. Disini kita bisa renang dengan sepuasnya karena tidak ada saingan. Kebanyakan peserta perjalanan ke James Bond Island adalah wisatawan dari Arab dan Australia dimana mereka satu rombongan keluarga besar, mulai dari anak kecil hingga orang tua. Herannya jarang saya melihat wisatawan dari China, seperti perjalanan ke Phi Phi Island sehari sebelumnya.
Sebelum ke Pulau Panak dan Pulau Hong untuk mencoba kano, disediakan makan siang prasmanan diatas kapal. Menu makanan laut yang dimasak khas Thailand yang asam dan pedas. Tiba di Pulau Panak, saatnya melihat keindahan pulau dengan tebing tinggi, gua dan jernihnya air laut dengan kano. Jangan khawatir tidak kebagian, karena ada banyak kano yang tersedia dan akan didayung oleh nelayan setempat. Sekitar 30 menit menyusuri pinggiran pulau Panak dan Pulau Hong serta masuk beberapa gua indah dengan stalagtit dan lagoon didalamnya. Jangan lupa untuk menyediakan uang kecil untuk tips kepada nelayan, walaupun mereka sudah termasuk kedalam paket perjalanan.
Naka Island
Makan Siang Diatas Kapal
Hong Island
Wisata dengan Kano di Panak Island
Tiba di James Bond Island, seluruh peserta akan dijemput dengan perahu panjang tradisional (Long Tail Boat), karena perahu besar tidak diperbolehkan untuk menyusuri perairan oleh penduduk setempat. Selain itu juga untuk memberikan mata pencaharian ke penduduk dari jasa pariwisata. Ada 3 pulau selain James Bond Island yang ditepati oleh penduduk yang sebagian besar beragama Islam yatu Tum Talu, Pulau Panyi dan Khao Khian. Di Khao Khian, kita bisa melihat lukisan di batu yang dibuat oleh leluhur nelayan penduduk yang kini banyak tinggal di Pulau Panyi. Pulau Panyi merupakan kampung terapung diatas laut yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Disini ada masjid kubah berwarna emas mencolok yang cukup besar dengan latar belakang pulau karang yang curam. Sebelum kembali ke kapal utama, saatnya menikmati James Bond Island yang sangat terkenal. Pulau ini terkenal karena menjadi tempat syuting Film James Bond “The Man with Golden Gun” tahun 1974 yang dibintangi Roger Moore. Sebenarnya nama pulau ini adalah Khao Tapu dan dikelilingi Pulau Pinggan. Khao Tapu atau James Bond Island hanya berupa pulau karang dengan bagian bawah yang mengecil karena tergerus air laut. Yang menarik malah Pulau Pinggan. Di pulau ini ada tebing miring dengan celah dibagian atasnya. Ada juga pantai dilengkapi tempat duduk yang nyaman untuk menikmati matahari terbenam. Tapi paket perjalanan ini tidak menikmati matahari terbenam di Pulau Pinggan, melainkan saat perjalanan kembali menuju Phuket. Warna jingga gradasi ke biru dengan warna putih awan dilukis diatas siluet jajaran pulau karang mengakhiri perjalanan hari ini yang menurut saya lebih berkesan dibandingkan dengan perjalanan ke Phi Phi Island kemarin.
Kampong Terapung di Panyee Island 
Khao Khian Island
James Bond Island
Pesawat untuk balik kembali ke Medan terjadwal jam 4 sore, jadi masih ada waktu sekitar 8 jam untuk menikmati fasilitas di penginapan. Saya sengaja untuk pindah ke hotel yang lebih mahal di hari terakhir tiap kali perjalanan liburan. Selain untuk beristirahat, alasannya supaya pernah menikmati liburan yang sebenarnya di hotel mewah. Saya memilih The Viridian Resort yang berjarak sekitar 100 meter dari Amata Resort. Harga promo Rp 350 ribu/malam dan sudah termasuk sarapan. Hotel yang berada di pinggir Jalan Rat U-Thit, sebenarnya hotel sederhana dengan konsep taman yang menarik. Bangunan hanya 2 lantai mengelilingi kolam renang dan taman yang berada ditengah hotel. Setelah sarapan pilihan berenang adalah yang paling tepat. Saya teringat dengan informasi dari peserta perjalanan sehari yang lalu, kalau dia pernah makan di salah satu restoran yang enak dan harganya murah. Lihat sisa uang sekitar 600 Baht, akhirnya saya pergi ke Restoran Number Six dekat Bangla Road untuk makan siang. Benar saja, harganya setengah dari harga rata-rata makanan di restoran yang ada di Jalan Rat U-Thit. Makan siang dan minum hanya 200 Baht, bandingkan jika makan di restoran lainnya, bisa sekali makan sekitar 400-500 Baht dan belum tentu makanannya enak. Menu seafood khas Chinese Food ala Thailand yang pedas menutup liburan di Phuket. Langsung ke bandara untuk terbang ke Kuala Lumpur dan lanjut ke Kualanamu Medan.
The Viridian Resort Hotel
Pengalaman baru, ketemu dengan orang-orang baru dari berbagai negara, melihat keindahan alam dan melatih kemandirian di daerah dengan kebudayaan yang berbeda. 
Narsis di Pantai Karon
-panca suwandika- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar