Minggu, 09 Juni 2013

Gereja Kapal Laut di Blora, Jawa Tengah

Ada gereja bentuknya menyerupai kapal laut dan gereja tersebut berada di Indonesia, tepatnya di Kota Blora, Jawa Tengah. Pertama kali saya ke Kota Blora tahun 2010, saya pernah melihat gereja ini hanya sekilas ditunjukkan oleh rekan saya. Bentuknya yang unik membuat saya akhirnya memberanikan diri untuk berkunjung ke Gereja Katolik yang berada di Jalan Pemuda no. 42 tersebut. Ini terjadi saat saya ditugaskan kali kedua ke Blora tanggal 23 Agustus tahun 2012 lalu. Bangunan dengan struktur utama yang menjulang tinggi dengan lekukan halus memberikan bentuk kapal layar yang kokoh dan menjadikan saya penasaran bentuk ruang didalam bangunan dengan fungsi tempat ibadah bagi umat Katolik yang disebut Gereja Katolik Paroki St. Pius X.

Tepat jam 9 pagi, saya ditemani supir masuk ke Gereja ini melalui pintu utama ke parkir di bagian belakang gereja. Suasana masih sepi dan saya pun disambut oleh penjaga gereja, yang bernama Katekis Sunaryo. Awalnya saya dikira berniat untuk beribadah, namun saya pun menjelaskan keinginan saya kepada Pak Sunaryo jika saya tertarik untuk mengabadikan gereja ini. Sebelum diberikan ijin, saya pun disuruh untuk bertemu dengan Romo Sugianto, pimpinan tertinggi gereja ini. Akhirnya sayapun diijinkan untuk mengambil beberapa foto dari bagian dalam dan luar gereja. 
Ternyata bagian dalam gereja ini cukup besar. Karena bentuk gereja diilhami oleh bentuk kapal laut, maka bagian interior gereja pun berbentuk trapesium dengan salah satu bagian sisinya berbentuk setengah lingkaran. Pada bagian depan bangunan, terdapat pilar tinggi (struktur utama) yang terdapat kaca patri dengan beberapa lukisan Bunda Maria dan Yesus. Dari celah kaca patri inilah cahaya masuk dan menerangi mimbar utama gereja yang telah berdiri sejak tahun 1969.


Bagian dalam gereja ini dapat menampung sekitar 600 jamaah. Bangku tempat beribadah pun disusun rapi didalam ruangan dengan kemiringan atap yang cukup curam. Menurut Romo Sugianto, awalnya gereja ini menggunakan penutup atap dari bahan kayu sirap. Namun di tahun 1982 terjadi kebakaran yang menghabiskan seluruh bagian atap gereja. Namun kembali dibangun dan kini sebagian besar gereja ditutup menggunakan bahan genteng dan seng.
Terdapat beberapa bukaan dibagian kanan dan kiri di ruang utama gereja. Beberapa jendela berjejer dan terdapat pintu masuk disisi dinding melengkung serta taman terbuka dibagian kirinya. Walaupun tidak dilengkapi pendingin udara, namun dibagian dalam gereja cukup sejuk dengan banyaknya terdapat bukaan dan bagian ceiling yang cukup tinggi. Gereja dengan bentuk yang unik ini ternyata dapat menyesuaikan fungsi bangunan sebagai tempat beribadah yang nyaman bagi jamaah.

Ternyata di area gereja ini juga terdapat kantor administrasi dan tempat tinggal Romo Sugianto. Selain itu juga tersedia gedung olahraga yang cukup besar yang disewakan bagi penduduk sekitar. Lahan parkir yang cukup luas dan teduh memberikan kenyamanan tersendiri di gereja unik ini.

-panca suwandika-

1 komentar: