Minggu, 16 Februari 2014

Kualalumpur - Modern, Religion & Culture

Belajar arsitektur dibangku kuliah, melihat dan mempelajari beragam jenis bangunan di seluruh dunia. Tapi itu semua hanya bisa dilihat dari foto di literatur. Satu persatu saya mencoba untuk datang dan melihat dari dekat bangunan yang sama sekali tidak terbayang sebelumnya untuk saya kunjungi. Salah satunya ke Kota Kualalumpur, Malaysia. Salah satu kota metropolitan yang dapat memberikan pelajaran bagaimana cara untuk membangun kota besar yang terintegrasi secara modern tapi tidak meninggalkan identitas budaya asli beragam etnis manusia yang tinggal disana serta agama yang dianut. Selama 3 hari dengan modal tiket pesawat promo, saya melihat sisi modern, budaya dan agama dari kota yang lebih terkenal dengan sebutan KL ini.
Kota Kualalumpur dari Skybridge Petronas Twin Towers
Tidak ada keraguan saya sama sekali ketika niat saya untuk berpergian seorang diri ke Kualalumpur. Pengalaman saya pergi seorang diri ke Penang, jadi semangat saya untuk bisa menjelajahi KL seorang diri selama 3 hari. Mendapatkan tiket sangat murah, yakni hanya Rp 200 ribu pulang pergi dari Medan ke KL, akhirnya saya berangkat Hari Jumat malam dan kembali ke Medan Minggu malam. Saya rasa 3 hari 2 malam sudah cukup untuk melihat-lihat KL. Tapi tentu belum semua objek wisata bisa saya kunjungi. Sebenarnya keinginan utama saya ke KL adalah melihat Menara Kembar Petronas dari dekat, dan menuju ke puncak gedung tertinggi di dunia selama 6 tahun tersebut (1998-2004). 
Berangkat dari Medan jam 9 malam, akhirnya pesawat mendarat di LCCT, Kualalumpur jam 11 malam. Bandara yang kini jadi favorit saya untuk transit. Bukannya sombong, karena memang lebih sering mendapatkan tiket murah ke berbagai kota di Indonesia jika berangkat dari KL. Jadi saya beli tiket putus dari Medan-KL, lalu melanjutkan dengan penerbangan dari KL ke kota lain, tapi dengan maskapai yang sama supaya tidak berganti terminal dan bandara. Menginap di salah satu hotel super murah di daerah Bukit Bintang, dengan tarif Rp 150 ribu/malam, saya harus menuju ke KL Sentral terlebih dulu dengan Skybus (bus berwarna merah). Tarifnya hanya 8.5 RM dan beroperasi dari jam 7 pagi hingga jam 2 pagi. Tiba di KL Sentral jam 12 malam, memang tidak disarankan untuk naik taksi ke Bukit Bintang, karena ada Monorail dengan tarif yang jauh lebih murah. Tapi karena jam operasional monorail hingga jam 11.30 malam, terpaksa saya naik taksi yang harganya 10 kali lipat ke hotel di Bukit Bintang, yang letaknya sangat dekat dengan stasiun monorail ke KL Sentral. 
KL pagi hari di Jalur menuju ke KL Sentral
Sesuai judul tulisan ini, saya ingin melihat KL dari sisi keberagaman agama penduduknya. Etnis yang hidup ada China, India, Arab, Melayu dan tidak jarang juga orang asing yang bekerja di KL. Setelah baca beberapa tulisan, pilihan saya adalah pergi ke Batu Caves dengan kuil Hindu dan Patung Dewa Murugan terbesar di dunia. Jam 6 pagi dari Bukit Bintang menuju KL Sentral dengan monorail dan dilanjutkan dengan komuter line dengan harga tiket 2 RM ke Batu Caves. Akses transportasi yang sangat mudah dan pastinya tidak akan nyasar walaupun sendirian karena papan informasi sangat mudah ditemukan dan dimengerti. Tiba di Batu Caves jam 9 pagi, suasana masih sangat sepi, dan beberapa umat Hindu baru datang dan memulai persembahyangan. Patung Hanoman berwana hijau terlihat dengan gagahnya menjaga pintu masuk kuil. Ada beberapa kuil di kompleks Batu Caves ini, namun yang paling terkenal adalah Gua Kuil, dan untuk mencapainya harus naik 272 anak tangga. Patung Dewa Murugan berwarna emas berada di samping pintu masuk menuju ke Gua Kuil. Biasanya umat Hindu sebelum naik ke atas, harus membawa satu kendi susu segar, buah, bunga dan beberapa sesajen lainnya untuk persembahan saat sembahyang. Anak tangga yang curam dan banyak, akan sangat menguras tenaga, tapi setelah sampai di atas, udara dingin dan segar langsung menerpa dengan keindahan gua batu kapur dan beberapa kuil didalamnya. Ada banyak toko yang menjual makanan dan merchandise hingga restoran makanan khas India disekitar kuil. Selain itu juga ada museum dan galeri seni dengan kolam ikan yang asri. Tapi karena harga tiket masuk yang mahal, saya urungkan niat masuk kedalam. Jadi kalau ke KL cobalah lihat kehidupan umat Hindu yang tinggal di KL lewat kuil yang terbuka untuk umum di Batu Caves.
 Patung Hanoman di pintu masuk Kompleks Kuil Batu Caves
 Namaste, salam kedua gadis India ini.
 Patung Dewa Murugan dari kejauhan
 Ratusan Burung Merpati liar di halaman depan Patung Dewa Murugan
 272 Anak Tangga Menuju ke Gua Kuil
 Gua Kuil 
 Pintu Masuk ke Gua Kuil
 Patung Emas Dewa Murugan 
Lembu Nandini, di salah satu kuil dengan Latar Belakang Patung Dewa Murugan
Kembali lagi ke KL Sentral dengan komuter line dari Batu Caves, saya sempatkan makan siang di salah satu resto yang ada di KL Sentral. Rencana saya selanjutnya adalah mencicipi naik skyway cable cars yang terkenal di pusat hiburan Genting Highland. Ke Genting Highland, kita harus naik bus khusus dari KL Sentral selama sekitar satu setengah jam dengan harga tiket bus yang murah, hanya 4.3 RM untuk pulang pergi. Walaupun naik bus, jadwal keberangkatan dari KL Sentral ke Genting dan sebaliknya sangat ketat. Kalau tertinggal bus, tapi tiket sudah terbeli, kita tidak bisa naik ke bus selanjutnya, artinya tiket hangus dan harus beli tiket baru untuk jadwal berikutnya. Jadi bisa tanya ke petugas penjual tiket, sebaiknya jadwal bus yang harus dibeli dari KL Sentral dan dari Genting. Tiba di Terminal Genting, saya langsung naik skyway dengan harga tiket 6 RM. Tiket skyway bisa dibeli saat beli tiket bus, atau beli di terminal Genting dengan harga yang sama. Pengalaman pertama naik skyway diatas Bukit Genting dengan pemandangan aduhai dan suara hewan yang hidup di hutan persis di bawah skyway. Bangunan sekitar 5 lantai jadi pemberhentian skyway cable cars yang saya tumpangi. Di bangunan ini ada mall, hotel, resto, casino, taman rekreasi hingga tempat permainan anak yang dibuat untuk memanjakan dan mengambil uang turis yang datang. Pusat hiburan yang jika ditelaah sangat bertentangan dengan ajaran agama, karena ada pusat judi disana. Tapi itulah yang jadi daya tarik Genting, sederhana saja, jika tidak mau berbuat dosa, ya tidak perlu main judi. Itu hanya fasilitas saja, melihat kebutuhan dari turis yang memanjakan mereka untuk bersenang-senang dan sudah jauh-jauh datang dari berbagai penjuru ke Genting. 
Jadwal & Harga Tiket Bus KL Sentral ke Genting
Bus menuju Genting Highland
Skyway Cable Cars Genting
Taman di depan Hotel Theme Park Genting 
Malam hari saya akhirnya tiba di KL Sentral dan lansgung mencari lokasi makan malam di KLCC Suria dengan menggunakan MRT. Jarak dari KLCC ke hotel saya di Bukit Bintang cukup dekat, jadi bisa jalan kaki. Tiba di KLCC Suria dengan pohon natal yang sangat besar dan hiburan dancing water, melihat kemegahan Petronas Twin Towers saat malam hari. Esok hari rencananya saya akan naik ke Petronas Twin Towers, jadi supaya tidak kehabisan tiket, saya mencari tahu informasi dan ternyata loket tiket dibuka jam setengah sembilan pagi dengan harga yang sangat mahal 80 RM. Karena jadwal pesawat saya kembali ke Medan jam 4 sore, dan tidak mau berspekulasi waktu, saya akan ambil jadwal kunjungan ke Petronas yang jam sembilan pagi. 
Petronas Twin Towers dari Pintu Masuk Utama
Informasi Pembelian Tiket
Setelah check out dari hotel jam 7 pagi, saya jalan kaki menuju ke KLCC Suria untuk antri membeli tiket masuk Petronas. Bagian basement gedung, tempat pembelian tiket terlihat masih sepi dan saya kira saya datang terlalu kepagian. Tapi perkiraan saya salah, ternyata sudah ada sekitar belasan orang yang sudah antri disana. Menunggu lesehan selama 1 jam akhirnya loket tiket dibuka dan antrian sudah mengular. Saya berhasil dapat tiket kunjungan jam 9 pagi, agar saya tidak terlalu buru-buru untuk pergi ke bandara. Deretan foto, miniatur dan tv plasma yang menayangkan proses pembangunan Petronas, berjejer rapi di ruangan tersbeut. Petugas pemandu dengan jas hitam yang sangat rapi, dengan Bahasa Inggris, mempersilahkan 10 orang rombongan pertama, termasuk saya. 
Akhirnya impian saya untuk naik ke Menara kembar Petronas tercapai. Paket kunjungan ke Petronas ini lamanya hanya 1 jam, mulai dari kunjungan ke skybridge di lantai 41-42, yang menghubungkan kedua menara dan menjadi icon menara ini. Di skybridge ini kita bisa melihat Kota KL dengan bangunan pencakar langit lainnya dan latar belakang bukit. Sekitar 15 menit, rombongan diberi kesempatan untuk foto dan melihat sekitarnya. Lanjut dengan lift yang sama, menuju ke lantai 83 untuk berganti lift ke lantai 86. Di lantai 83 ada beberapa foto gedung tertinggi dunia lainnya jika dibandingkan dengan Petronas. Lift kecil membawa 10 orang ke lantai 86, lantai tertinggi yang bisa dikunjungi oleh turis. Lantai 86 bisa dibilang museum dengan konsep teknologi yang sangat menarik. Di tiket masuk ada barcode yang jika di sorot ke televisi, akan memunculkan informasi tentang Petronas. Miniatur, diorama proses pembangunan dan bisa melihat dalam jarak yang sangat dekat ujung tertinggi menara salah satu Petronas. Inilah yang tidak bisa didapat dibangunan tertinggi lainnya di dunia, melihat puncak bangunan tersebut, tapi di Petronas Twin Towers bisa dilakukan. 
Miniatur Petronas Twin Towers
Skybridge Petronas Twin Towers
Museum Lantai 86 Petronas Twin Towers
Puncak Menara 
Me in Action
Kota KL atau Kualalumpur, sebenarnya persis seperti kota metropolitan lainnya termasuk Jakarta dan Surabaya. Namun KL sangat ramah pada turis dengan sarana transportasi yang mudah dan murah, informasi yang jelas dan fasilitas yang lengkap. Wisatawan dibuat mau mengeluarkan uang untuk melihat sisi lain dari KL yang tidak ada dimanapun serta menjadi kota yang mampu beradaptasi diantara beragam etnis dan agama penduduk yang tinggal disana, budaya serta perkembangan teknologi. 

-panca suwandika-
December 13th - 15th 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar